Kandidat doktor dari Charles Darwin University akan berpergian ke salah satu konferensi konservasi mangrove terbesar di dunia untuk membicarakan sebuah insiatif yang bertujuan untuk memperbaiki ekosistem utama di Indonesia.
Benjamin Brown menyatakan bahwa teknologi digunakan untuk memperbaiki hutan mangrove yang rusak di Indonesia. Tetapi, ide ini membutuhkan dukungan politik dan pemilik lahan.
Beliau akan memaparkan temuanya dalam Mangroves and Macrobenthos Meeting IV di Florida, Amerika
Mr. Brown telah mewawancarai 400 warga dan tokoh politik dari berbagai komunitas di Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi untuk menilai dukungan mereka terhadap restorasi mangrove secara besar–besaran di daerah mereka.
Beliau menyatakan cagar alam Tanjung Panjang di Sulawesi Utara menerima dukungan dari komunitas besar dan pemerintah daerah untuk memperbaiki 6600 hektar mangrove yang rusak.
“Masyarakat menyadari manfaat mangrove dan cara memperbaikinya, tetapi sebelum kita melangkah ke tahap selanjutnya, kita harus memberitahukan para penggerak yang memicu mereka untuk mengubahnya” Ujar Mr. Brown
Beliau menyatakan perubahan hutan mangrove menjadi tambak perikanan merupakan faktor terbesar degradasi mangrove di Indonesia meskipun tambaknya terbengkalai atau tidak digunakan.
Proses restorasi hutan mangrove dari peralihan fungsi pertambakan melibatkan peningkatan hidrologi tambak.
“Untuk pekerjaan restorasi mangrove sedikit saja, Anda mendapatkan uang yang besar, dengan mangrove bisa menyimpan 100 kali jumlah karbon per tahun daripada hutan hujan topis,” ujarnya
*Artikel aslinya telah diterbitkan di Sun Newspaper – NT News (Darwin) Selasa, 21 Juni 2016