Di tengah semarak bulan Ramadhan yang penuh berkah, suasana di Desa Medan Mas, Kecamatan Batu Ampar, Kubu Raya, tampak lebih hidup dari biasanya. Warga sibuk mempersiapkan berbagai kebutuhan menjelang hari raya, dan salah satu produk yang selalu menjadi buruan utama adalah kerupuk amplang “Amplang Ayu”. Produk lokal ini telah menjelma menjadi ikon kebanggaan desa, berkat tangan dingin seorang pebisnis perempuan tangguh bernama lengkap Ayu Varonika.
Ayu bukan sekadar pelaku usaha mikro, tetapi juga wajah dari transformasi sosial dan ekonomi yang terjadi di desanya. Selama dua tahun berturut-turut, bisnis kerupuk amplang yang ia kelola mencatat lonjakan pesanan yang signifikan, terutama di bulan suci Ramadhan. Dari usaha rumahan yang sederhana, kini “Amplang Ayu” telah menjangkau pasar lintas daerah, dengan rekor pemesanan lebih dari satu ton dalam satu musim penjualan.
Gambar 1. Produk di outlet – (Blue Forests)
Namun, di balik keberhasilan luar biasa ini, terdapat proses panjang yang penuh perjuangan, inovasi, serta dukungan dari sebuah inisiatif berbasis komunitas melalui Improve Livelihood Program, yang dijalankan oleh Yayasan Hutan Biru (YHB) bersama para mitra. Program ini menjadi katalisator utama dalam pengembangan usaha Ayu dan banyak pelaku usaha lokal lainnya, dengan pendekatan yang adaptif dan berkelanjutan.
Transformasi dari Dapur Rumah ke Pasar Regional
Kerupuk amplang, makanan ringan berbahan dasar ikan tenggiri, merupakan salah satu kuliner khas pesisir yang populer di Kalimantan Barat. Bahan bakunya diperoleh dari hasil tangkapan nelayan lokal di perairan sekitar mangrove dan perairan di Desa Medan Mas. Sebelum mengikuti program pendampingan, Ayu memproduksi amplang secara tradisional dengan skala terbatas. Tantangan yang dihadapi pun beragam: kualitas produk yang tidak konsisten, keterbatasan akses pasar, dan minimnya pemahaman tentang manajemen usaha.
Gambar 2. Proses penggorengan Amplang – (Blue Forests)
Melalui Improve Livelihood Program yang diinisiasi oleh YHB, Ayu mulai menerima pelatihan intensif yang mencakup aspek produksi, branding, pemasaran digital, manajemen keuangan, hingga strategi ekspansi usaha. Tim YHB mendorong Ayu untuk menerapkan prinsip keberlanjutan dalam seluruh proses usahanya—mulai dari pemilihan bahan baku secara bertanggung jawab, hingga penggunaan kemasan ramah lingkungan. Inovasi ini secara perlahan meningkatkan daya saing produknya, tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.
Hasilnya, “Amplang Ayu” kini tidak hanya dikenal karena rasa kriuk dan gurihnya, tetapi juga karena komitmennya terhadap lingkungan dan prinsip berkelanjutan yang telah diterapkan. Label “produk dengan prinsip berkelanjutan” menjadi nilai tambah yang membuatnya semakin diminati, khususnya di kalangan konsumen sadar lingkungan.
Ayu, yang merasakan dampak langsung dari pendampingan program Improve Livelihood ini, dalam sesi dialog dan diskusi intens mengungkapkan rasa syukurnya, “Tanpa dukungan dari program Yayasan Hutan Biru, mungkin saya tidak bisa menambah relasi antar sesama mitra, reseller yang sekarang mulai bekerjasama untuk memajukan usaha kami di kelompok. Pendampingan yang diberikan benar-benar membantu saya dalam mengelola usaha dengan baik, memperoleh perizinan yang sesuai standar produk dan promosi hingga pemasaran. Dulu kami tidak pernah didampingi jangankan bantuan, untuk memperoleh perizinan usaha saja harus mengurusnya sendiri dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, semenjak adanya Yayasan Hutan Biru yang mendampingi kami sangat banyak terbantu. Tapi kami harus lebih mandiri lagi, ilmu dan pengalaman yang diberikan selama pendampingan menjadi semangat kami untuk terus berproduksi dan berinovasi. Jika usaha ini semakin maju, saya juga ingin memberdayakan lebih banyak warga sekitar agar mereka bisa ikut merasakan manfaatnya.” ujar Ayu penuh semangat.
Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
Peningkatan kapasitas produksi Ayu tidak hanya berdampak pada dirinya secara ekonomi, tetapi juga membawa efek domino bagi masyarakat sekitar. Beberapa ibu rumah tangga kini bergabung sebagai tenaga produksi tambahan. Nelayan lokal yang sebelumnya kesulitan menjual hasil tangkapannya secara rutin, kini memiliki pasar tetap sebagai pemasok bahan baku. Ini menciptakan sebuah sistem ekonomi lokal yang saling mendukung dan memperkuat.
Gambar 3. Anggota kelompok Amplang Ayu – (Blue Forests)
Gambar 4. Present Ayu menyampaikan produknya dalam agenda temu bisnis berbasis pesisir di aula Bupati Kubu Raya – (Blue Forests)
Dari sisi sosial, usaha Ayu memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan komunitas. Ia juga mulai dilibatkan dalam berbagai forum diskusi UMKM, berbagi pengalaman, dan memberi inspirasi bagi pebisnis perempuan lainnya di desa-desa sekitar.
Dari sisi lingkungan, Ayu menerapkan prinsip ekonomi biru. Prinsip ini menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir harus dilakukan tanpa merusak laut, mangrove, dan ekosistem sekitarnya. Oleh karena itu, Ayu dan timnya belajar melakukan diversifikasi produk dari hasil laut secara bertanggung jawab.
Pembelajaran Kunci dari Kesuksesan Ayu
Kisah sukses Ayu mengandung sejumlah pembelajaran penting yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan program serupa di wilayah pesisir lainnya:
Pendekatan Partisipatif dan Kontekstual
- Program Improve Livelihood dirancang dengan memahami kondisi dan potensi lokal. Pendekatan ini membuat masyarakat merasa memiliki dan terdorong untuk terlibat aktif.
- Ayu bukan sekadar penerima manfaat, tetapi juga aktor utama yang mengembangkan solusi berbasis kearifan lokal.
Integrasi Ekonomi dan Ekologi
- Kunci keberhasilan program ini adalah keselarasan antara tujuan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Bisnis Ayu tumbuh dengan prinsip keberlanjutan, bukan eksploitasi yang merusak.
- Pelestarian mangrove dan ekosistem perairan menjadi bagian tak terpisahkan dari keberlangsungan usaha.
Pentingnya Penguatan Rantai Nilai
- Program tidak berhenti pada pelatihan produksi, tetapi menyentuh aspek hilir seperti pemasaran, digitalisasi, dan kemitraan. Ini yang membuat usaha Ayu “naik kelas”.
Pemberdayaan Gender dan Perempuan
- Kisah Ayu membuktikan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam ekonomi lokal. Pemberdayaan perempuan dalam konteks ekonomi biru membawa dampak ganda: ekonomi rumah tangga dan komunitas ikut terangkat.
Gambar 5. Monitoring produksi – (Desi Pontiyana)
Tantangan Keberlanjutan: Menuju Masa Depan yang Tangguh
Meski pencapaian Ayu luar biasa, tantangan ke depan tidak kalah besar. Dalam konteks perubahan iklim, degradasi ekosistem pesisir, dan ketidakpastian pasar global serta beberapa isu krusial yang perlu diperhatikan:
1. Ketahanan Ekosistem Mangrove
Mangrove adalah penyokong utama kehidupan pesisir, termasuk tempat berkembang biaknya ikan tenggiri—bahan baku utama amplang. Jika mangrove rusak akibat alih fungsi lahan, illegal logging, atau pencemaran, maka keberlanjutan usaha berbasis hasil laut akan terancam. Penguatan sistem perlindungan dan rehabilitasi mangrove harus dilaksanakan secara kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan mitra terkait. Edukasi terus-menerus tentang nilai ekologis mangrove menjadi sangat penting.
2. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
Naiknya permukaan air laut, meningkatnya suhu, dan cuaca ekstrem memengaruhi ekosistem laut dan pola tangkapan nelayan. Hal ini bisa memengaruhi ketersediaan bahan baku olahan kerupuk amplang buatan Ayu dan masyarakat pesisir di masa mendatang. Pengembangan usaha berbasis aquaculture berkelanjutan atau diversifikasi produk yang tidak terlalu bergantung pada hasil laut bisa menjadi strategi adaptif.
3. Ketahanan Pasar dan Digitalisasi
Perubahan perilaku konsumen, persaingan pasar digital, dan fluktuasi harga bisa menjadi tantangan berat. Ayu perlu terus belajar dan berinovasi agar tidak tertinggal. Pendampingan lanjutan untuk digital marketing, pemanfaatan e-commerce, serta penguatan produk lokal berbasis nilai-nilai keberlanjutan sangat diperlukan.
4. Regenerasi Pelaku Usaha dan Transfer Pengetahuan
Seringkali pengetahuan yang diperoleh dari program hanya berhenti pada generasi pertama pelaku usaha. Jika tidak dikelola, keberlanjutan akan terhenti. Penciptaan wadah pembelajaran kolektif antar UMKM, pelibatan generasi muda, dan dokumentasi proses pembelajaran menjadi kunci jangka panjang.
Inspirasi untuk Gerakan Lebih Luas
Kisah Ayu adalah refleksii nyata bahwa ekonomi biru bukan hanya wacana, tetapi bisa menjadi solusi konkrit dalam meningkatkan kesejahteraaan masyarakat pesisir sambil menjaga alam. Melalui program Improve Livelihood yang dirancang secara cermat dan dilaksanakan dengan pendekatan inklusif, perubahan nyata dapat terjadi bahkan di desa terpencil.
Ke depan, model seperti ini perlu direplikasi dan diperluas. Dukungan kebijakan dari pemerintah daerah, sinergi dengan sektor swasta, dan pendampingan berkelanjutan akan menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pemberdayaan yang kokoh.
Bagi Ayu sendiri, keberhasilan ini bukanlah titik akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih besar. Ia berharap, suatu hari nanti, kerupuk amplang produksinya tak hanya dikenal di Kalimantan, tetapi juga menjadi bagian dari kebanggaan nasional—sebuah simbol bahwa desa bisa maju tanpa harus meninggalkan nilai-nilai kelestarian.
Dan di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, kisah Ayu menjadi pengingat bahwa ketika kita bekerja dengan hati, menjaga alam, dan berbagi manfaat, maka keberkahan itu akan datang dari arah yang tak terduga.
Ditulis: Noviansyah Putra