POKSAMAS (Kelompok Pengelola Sampah Desa Medan Mas) di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, dibentuk pada tahun 2021 sebagai respons terhadap permasalahan sampah di desa tersebut, terutama selama masa pandemi COVID-19 yang meningkatkan produksi sampah rumah tangga. Pembentukan kelompok ini merupakan inisiatif masyarakat yang peduli terhadap dampak lingkungan akibat pembuangan sampah sembarangan, khususnya ke sungai yang sering kali menjadi tempat pembuangan sampah ilegal. Pembuangan sampah ke sungai tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga juga beresiko besar menyebabkan banjir yang merugikan penduduk desa setempat.
Kelompok ini didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga yang memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Mereka tergerak untuk mengelola sampah dengan bijak dan mengubah limbah rumah tangga menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sampah yang dikumpulkan, organik dan anorganik, diolah secara mandiri menjadi produk-produk bernilai ekonomis. Dengan pengelolaan yang tepat, kegiatan ini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di lingkungan, tetapi juga memberi tambahan penghasilan bagi anggota kelompok serta berpotensi memperkuat perekonomian masyarakat desa setempat.
Gambar 1. Anggota POKSAMAS yang mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah
Sampah yang paling banyak dihasilkan di Desa Medan Mas berasal dari limbah rumah tangga, seperti plastik kemasan produk. Pengumpulan dilakukan oleh POKSAMAS secara door-to-door. Pada proses ini, para anggota kelompok secara aktif mengunjungi rumah-rumah warga. Selain mengumpulkan sampah, aktivitas tersebut dimanfaatkan untuk memberi penyuluhan tentang pengelolaan sampah kepada masyarakat. POKSAMAS menjelaskan pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan benar, termasuk cara memilah sampah organik dan anorganik.
Penyuluhan ini memberikan hasil yang positif, dimana masyarakat menjadi lebih sadar akan dampak buruk sampah terhadap lingkungan dan berkomitmen untuk bekerja sama dalam pengelolaan sampah, Sekarang, sebagian besar warga sudah terampil dalam memilah sampah, membedakan antara sampah yang dapat didaur ulang dan yang tidak. Hal ini turut mempermudah proses pengelolaan sampah oleh POKSAMAS.
Selain pengumpulan langsung, POKSAMAS juga memanfaatkan teknologi dan media sossiaal sebagai alat komunikasi yang efektif. Informasi mengenai jadwal pengumpulan sampah serta edukasi terkait pengelolaan sampah secara berkelanjutan disebarluaskan melalui platform media sosial seperti WhatsApp dan Facebook. Hal ini memungkinkan masyarakat yang tidak sempat mengikuti penyuluhan langsung tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Gambar 2. Praktik pembuatan produk kerajinan bersama masyarakat
Untuk mendorong partisipasi aktif, POKSAMAS memberikan insentif menarik bagi masyarakat yang paling banyak mengumpulkan sampah. Hadiah berupa souvenir atau produk kerajinan yang dibuat dari hasil daur ulang sampah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Program ini berhasil menciptakan motivasi tambahan bagi warga untuk berpartisipasi aktif, sekaligus meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar dari masalah sampah.
Gambar 3. Produk kerajinan hasil karya POKSAMAS
Gambar 4. Gapura batas desa yang terbuat dari ecobrick
Beberapa produk kerajinan yang dihasilkan oleh ibu-ibu anggota POKSAMAS meliputi gantungan kunci, tas, kotak tisu, keranjang, dan kipas. Produk-produk ini tidak hanya ditujukan untuk konsumsi lokal di Desa Medan Mas, tetapi juga telah telah dipromosikan dalam berbagai acara di Pontianak, memperkenalkan hasil karya mereka ke kepada khalayak yang lebih luas. Partisipasi dalam event tersebut memberikan kesempatan bagi POKSAMAS untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah melalui produk-produk daur ulang yang bernilai ekonomi. Sedangkan untuk beberapa jenis sampah yang tidak dapat dibuat menjadi produk kerajinan, POKSAMAS mengolahnya menjadi ecobrick.
Namun, meskipun telah mencapai berbagai kemajuan, kelompok ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan bahan baku. Ibu Indah, salah satu anggota POKSAMAS, menjelaskan bahwa semakin lama, semakin sulit bagi mereka untuk mendapatkan bahan yang sesuai untuk setiap produk yang mereka buat. “Makin ke sini, bahan makin susah untuk kita dapatkan,” ungkapnya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan spesifik setiap produk terhadap jenis sampah tertentu. Sebagai contoh, untuk membuat satu tas, dibutuhkan jenis sampah plastik yang seragam, sehingga proses pengumpulan bahan sering kali memakan waktu dan tenaga ekstra.
Tantangan dalam memperoleh bahan baku ini menyoroti perlunya kerja sama yang lebih luas antara masyarakat dan POKSAMAS untuk memastikan keberlanjutan program pengelolaan sampah ini. Dukungan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam memilah sampah maupun dukungan dari pemerintah dan sektor swasta, sangat diharapkan untuk menjawab permasalahan ini dan membantu POKSAMAS terus berkembang.
Gambar 5. Anggota POKSAMAS Ibu Indah (kiri) dan Ibu Iin (kanan)
Sebagai langkah positif, POKSAMAS telah mengintegrasikan pembuatan kerajinan daur ulang ke dalam pelajaran di sekolah-sekolah setempat. Program ini dirancang untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya pengelolaan sampah serta bagaimana mengubah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Melalui pendekatan ini diharapkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dapat ditanamkan sejak usia dini. Anak-anak tidak hanya mempelajari konsep dasar pengelolaan sampah, tetapi juga diajak secara langsung untuk berpartisipasi dalam proses kreatif mengolah sampah menjadi berbagai produk kerajinan.
Gambar 6. Pelatihan membuat produk kerajinan bersama anak sekolah
Kegiatan ini mulai sejak tahun 2023, ketika POKSAMAS menerima undangan dari beberapa sekolah sekolah di Desa Medan Mas dan sekitarnya untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan. “Sejak 2023 itu kami sudah dipanggil ke sekolah-sekolah untuk sosialisasi, mengajari anak-anak tentang pengelolaan sampah”, ujar ibu Iin, salah satu pengurus POKSAMAS. Program ini disambut antusias oleh para guru dan siswa, karena selain memberikan pengetahuan baru, kegiatan ini juga mendorong siswa untuk berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dengan demikian, inisiatif ini tidak hanya berdampak pada peningkatan keterampilan anak-anak, tetapi juga diharapkan dapat menciptakan generasi yang lebih peduli terhadap isu lingkungan di masa mendatang.
Meskipun hasil kerajinan yang dihasilkan oleh para anggota POKSAMAS masih memerlukan banyak perbaikan, mereka tetap menunjukkan sikap optimis dan semangat untuk terus berkembang. Keterbatasan dalam keterampilan dan teknik pembuatan sejauh ini diatasi dengan belajar secara mandiri. Namun, Ibu Iin, mengakui bahwa metode belajar tersebut belum cukup untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang benar-benar rapi dan profesional. “Kami belajar dari video YouTube saja, jadi hasilnya belum terlalu rapi. Akan lebih baik jika kami bisa mengikuti pelatihan untuk belajar dan menciptakan inovasi-inovasi baru,” ungkapnya.
Kesadaran akan perlunya peningkatan kapasitas ini mendorong para anggota POKSAMAS untuk terus mencari peluang pelatihan yang lebih formal dan terstruktur. Dengan mengikuti pelatihan, mereka berharap dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam mengolah sampah menjadi produk yang lebih berkualitas serta berinovasi dalam menciptakan desain baru yang lebih menarik dan bernilai jual tinggi. Selain itu, pelatihan juga diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang teknik pemasaran dan pengembangan produk, sehingga POKSAMAS bisa semakin berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat setempat.
Dengan semangat dan usaha yang konsisten, POKSAMAS membuktikan bahwa permasalahan lingkungan dapat diatasi melalui kolaborasi, kreativitas, dan kerja sama komunitas. Melalui upaya pengelolaan sampah yang inovatif, mereka tidak hanya berhasil mengubah sampah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis, tetapi secara perlahan juga membawa dampak positif bagi kesadaran lingkungan masyarakat setempat. Inisiatif ini telah mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah, mengurangi kebiasaan membuang sampah sembarangan, dan mengembangkan kebiasaan memilah sampah sejak dari rumah.
Gambar 7. Foto bersama anggota POKSAMAS
Lebih dari sekadar menciptakan produk dari bahan daur ulang, POKSAMAS juga berperan sebagai agen perubahan yang menginspirasi. Mereka menunjukkan bahwa dengan sinergi antara warga, program pengelolaan sampah dapat dijalankan secara berkelanjutan, sekaligus memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Keberhasilan POKSAMAS menjadi contoh nyata bagaimana komunitas lokal bisa mengambil tindakan proaktif untuk menyelesaikanmasalah lingkungan dan menciptakan perubahan yang lebih besar dalam pola pikir serta perilaku masyarakat.
Ditulis: Marini
Edit: Wahyudin